Senin, 29 Juli 2013

Masuknya Islam di Ternate

Al Qur'an bertulis tangan (dalam lemari), ditulis oleh AlfakihAl shalih (7 Dzulkaidah 1005H/1585 M)Foto oleh Nurmutadiah,siswi kelas VI SDIT Al Bina Ternate, saat berkunjung ke museum memorial Kesultanan Ternate,Maret 2006

Kapan Islam masuk Ternate,belum ada bukti tertulis (tugu,prasasti,dsb), yang menjelaskannya. Para sejarawan hanya merujuk pada tulisan - tulisan history beberapa penulis lokal maupun asing,terutama Portugis. Perhatian para sejarawan tertuju pada tulisan tentang pelantikan Sultan Zainal Abidin pada tahun 1486. Tahun ini, disebut-sebut sebagai tahun dimulainya Islamisasi di Ternate khususnya, dan Maluku pada umumnya. Alasannya karena, ketika dilantik sebagai Raja Ternate, gelar yang digunakan oleh Zainal Abidin adalah Sultan, dimana sebelumnya para Raja Ternate menggunakan gelar Kolano selama pemerintahan mereka. Sultan, merupakan gelar yang disandang oleh seorang pemimpin negara yang sistem pemerintahannya bersifat Islami. Namun demikian, patut disimak tulisan - tulisan dari beberapa penulis asing berikut ini ;
Thome Pires, seorang ahli farmasi Portugis yang tiba di Malaka tahun 1512,menyatakan bahwa menurut orang - orang Maluku, yaitu para pedagang Ambon dan Banda yang diwawancarainya mengatakan Islam telah masuk di Maluku sejak 50 tahun yang lalu. Jika informasi ini benar, maka Islam masuk ke Maluku sekitar tahun 1459-1460, mengingat wawancara yang dilakukan Thome Pires pada tahun itu juga,yakni 1512..
De Clerq, melaporkan bahwa pada tahun 1334 dan 1372 telah naik tahta di Tidore dua kolano, masing - masing Nurudin dan Hasan Syah. Sekalipun keduanya sekalipun tidak menggunaka gelar Sultan, namun gelar Syah di belakang nama - masing - masing raja itu, membuktikan jika kedua Raja itu adalah seorang muslim. Syah merupakan gelar Raja yang digunakan pada kerajaan Islam Persia, gelar semacam digunakan pula diberbagai daerah kesultanan di Nusantara. Apabila asumsi ini benar, maka dapat disimpulkan Islam masuk ke Tidore sejak 1372. Mengingat letak geografis Tidore dan Ternate saling berdekatan, maka bisa dipastikan ajaran Islam telah membidudaya juga di Ternate.
Naidah, seorang hukum)* soasio Kesultanan Ternate, menulis dalam sejarah Ternate, bahwa dibawah pemerintahan Cico, agama Islam belum kuat di Ternate, itulah sebabnya Zainal Abidin pergi ke Jawa untuk mempelajari Islam secara langsung dari Sunan Giri yang terkenal,ketika kembali ke Ternate, Zainal Abidin memboyong beberapa ulama dari Jawa untuk mengajar Islam di Ternate. Cico merupakan Raja Ternate yang berkuasa sekitar 1432 - 1465. Jika pada masa Cico, Islam belum kuat, sebagaimana ditulis Nadiah, maka besar kemungkinan Islam sudah eksis di Ternate, pada masa pemerintahan Cico, bisa juga dipastikan sebelum Cico, namun secara struktur kepemerintahan, sosio politik, Islam belum nampak ketika itu. Perkembangan Islam selanjutnya lebih sangat berarti lagi ketika Sultan Zainal Abidin berkuasa pada tahun 1486 - 1500. Perkembangan semakin pesat dan tertanam betul nilai - nilai keislaman, ketika Bayanullah pengganti sultan Zainal Abidin berkuasa antara 1500 - 1522. Bayanullah mewajibkan para kaum lelaki maupun perempuan memakai pakaian Islami, dan kebijakan beliau yang lainnya adalah memberlakukan perkawinan secara Islami.
Penyebaran Islam di Ternate juga tidak bisa dipisahkan dari peran seorang ulama dan mubaligh terkenal Datu Maula Husen. Beliau tiba di Ternate pada 1465. Berbekal ilmu agama yang mumpuni dan sebagai seorang pakar tilawah dengan suaranya yang merdu, beliau menyebarkan ajaran - ajaran Islam di Ternate dan efektif mengena di masyarakat Ternate.



*) Hukum : Magistrat,fungsionaris yang memegang posisi antara pemerintah kerajaan dan pemimpin
                    komunitas, hakim


 
Sumber : M Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah perjalanan sejarah Maluku Utara 1250-1950,Kepustakaan Populer Gramedia,2010