Rabu, 15 Mei 2013

Mengenal kampung Jerbus

Lingkungan Jerbus (Foto by :Ilwan)
Jerbus merupakan nama sebuah lingkungan di kelurahan Tanah Tinggi Barat Ternate Selatan. Jerbus merupakan akronim dari Jere Busua. Dalam bahasa Ternate, Jere berarti tempat yang dikramatkan, biasanya berupa kuburan tua yang telah ada dari zaman dulu.Sedangkan Busua adalah nama pohon dan buahnya atau gayam (Inocarpus edulis Forst). Disebut jere busua, karena di tempat ini terdapat kuburan tua yang terletak di barangka (kali mati) berdekatan dengan sebuah pohon busua yang besar, seakan - akan pohon busua ini menaungi kuburan ini. Sekarang pohon busua ini telah roboh. Menurut bapak Salmudin Bilmona,salah satu tokoh masyarakat, penamaan Jerebusua ini dimulai sekitar tahun 2003, oleh mantan Lurah Tanah Tinggi, Bpk Hi. senen. Masyarakat yang tinggal di lingkungan jerbus ini umumnya berasal dari sanana, Tidore dan lain-lain di luar Ternate. Mata pencaharian masyarakat umumnya PNS. Jerbus masuk di kelurahan Tanah Tinggi Barat Ternate selatan. Tata letak lingkungan jerbus ini mengikuti alur jalan raya memanjang ke arah barat dan mendaki, diapit oleh dua barangka sebelah utara dan selatannya.

BALOBE

Nyao Uhi (ikan beronang), salah satu hasil
tangkapan dari kegiatan balobe
Lobe dalam bahasa ternate artinya menerangi dengan suluh, lampu atau obor. Kata lobe ditambahkan dengan awalan  ba di depannya  menjadi balobe berarti sedang melakukan, menerangi. Namun demikian kata balobe merupakan istilah umum bagi masyarakat Ternate untuk melakukan pencarian atau penangkapan ikan  atau hasil laut lainnya di malam hari. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama dan surut terendah. Tidak seperti memancing, balobe dilakukan dengan berjalan kaki menyusuri sepanjang daerah intertidal yang airnya tidak terlalu dalam. Alat yang digunakan terdiri dari lampu petromax atau obor, isi kelapa tua dan kalawai (tombak yang terbuat dari bamboo kecil, di ujungnya mata tombak terbuat dari besi bercabang dua atau tiga), keranjang, soloso (tali yang terbuat dari kulit anakan bambu). Kegiatan ini dilakukan 2 orang atau lebih, ada pula yang melakukannya sendiri. Hasil tangkapan dari balobe ini biasanya terdiri dari ikan uhi (beronang,siganus spp), rajungan, bia (kerang laut), gurita,siroa ( bulu babi dari jenis Echinometra mathaei) dan lain sebagainya. Hasil tangkapan berupa bia,rajungan siroa,gurita diletakan di keranjang, sedangkan tangkapan berupa ikan di ikatkan pada soloso,caranya soloso dimasukan ke katup insang ikan kemudian disimpulkan pada ikan pertama, kemudian ikan kedua dan seterusnya dimasukan lagi soloso lewat katup insang,namun tidak disimpulkan, begitu seterusnya. Kegiatan ini berakhir pada waktu subuh atau matahari telah terbit. Hasil dari balobe ini kemudian di konsumsi oleh anggota keluarga, atau dijual jika hasil tangkapannya banyak.

Senin, 13 Mei 2013

Mengenal desa Fitu

Pantai Fitu,Tahun 1992.Foto oleh Ilwan
Desa Fitu terletak di kecamatan Ternate Selatan. Desa ini dapat dicapai dengan akses jalan darat (kendaraan roda dua, maupun roda empat). Butuh waktu kurang lebih 25 menit dari pusat kota untuk mencapai desa tersebut. Warga yang mendiami desa ini sebagian besar dari suku Ternate asli, sebagiannya dari Tidore dan makian. Seiring dengan perkembangan pada pemerintahan Kota Ternate, desa ini kemudian dimekarkan menjadi kelurahan. Tata letak desa ini mengikuti alur jalan raya dan tidak jauh dari pantai. Mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah tani dan nelayan, sebagiannya lagi PNS, TNI dan Polisi. Desa ini berbatasan dengan dengan desa ngade di sebelah Timur dan Gambesi di sebebalah barat.

Minggu, 05 Mei 2013

Cari Bia

Bia Raga (Lambis-lambis), salah satu jenis
kerang laut yang ditemukan para pencari bia
Cari bia adalah aktifitas mencari atau mengumpulkan kerang - kerang untuk dikonsumsi, sebagai pengganti menu ikan atau daging. Umumnya kerang yang dicari adalah kerang laut, meskipun sebagian masyarakat Ternate khususnya dan Halmahera umumnya menyukai kerang bakau. Kegiatan mencari bia ini dilakukan ketika air laut mulai surut. Kerang laut yang masuk dalam kelas gastropoda ini menyukai perairan dangkal di disekitar daerah intertidal,didominasi oleh terumbu karang dan sebagian lagi di padang lamun. Ketika air surut biasanya sebagian daerah intertidal menyembul ke permukaan air membentang memanjang. Masyarakat Ternate khususnya dan sebagian besar daerah di Maluku Utara menyebut daerah ini dengan nyare. Apabila nyare sudah kelihatan maka aktifitas mencari biapun dilakukan. Kerang atau bia yang sering didapat diantaranya bia tolu (lola), bia raga (Lambis-Lambis),bia tamako (kima), dan lain sebagainya. Umumnya yang lihai dalam perkerjaan yang satu ini adalah kaum ibu - ibu.

AHA

AHA yang sudah ditanami pandan dan kebun pisang
Lokasi : Desa Fitu Ternate (Foto by : Ilwan)

AHA merupakan sebutan untuk sebuah areal yang ditumbuhi tanaman pohon sagu (Metroxylon sp), dapat juga disebut dusun sagu. Areal ini terletak di dekat pantai sedikit masuk ke daratan, tanahnya basah senantiasa digenangi air sedikit, banyak kalau di laut terjadi pasang besar. Tanaman pohon sagu dibiarkan untuk tumbuh subur, kelak menjadi sumber makanan bagi penduduk setempat yang desanya berdekatan dengan AHA. Dengan demikian masyarakat yang tinggal dekat dengan AHA biasanya memproduksi sagu tumang (bahan baku pembuat popeda),penyebutan ini bagi masyarakat Ternate untuk membedakan popeda yang terbuat dari pohon sagu dan popeda yang terbuat daru kasbi (singkong). Proses awal pembuatan sagu tumang ini disebut dengan bahalo. Mulanya pohon sagu ditebang, kemudian dibelah batang pohonnya,setelah terbelah, barulah dilakukan bahalo. Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih. Alat yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, atau bambu dibuat sedemikian rupa mirip pacul, dan gerakan orang yang melakukan bahalo ini seperti gerakan memacul.Proses selanjutnya adalah penyaringan sari dari umbi batang dari pohon sagu ini dengan air dan didiamkan selama beberapa hari, sampai sari umbi batang ini mengendap. Pada tahap ini sagu tumang sudah siap untuk diproduksi.
Saat ini kondisi AHA sudah tidak asli lagi. Jumlah pohon sagu sudah berkurang, dikarenakan tidak ada upaya pembudidayaan pohon sagu ini. Masyarakat di sekitar AHA sudah beralih bertani kangkung jalar dan pondak (pandan),sebagian lagi berkebun pisang disekitar areal AHA. Kondisi AHA ini dapat ditemukan di desa Fitu dan Gambesi (sekarang status kedua desa ini sudah kelurahan)

Jumat, 03 Mei 2013

Kolano Palembang

Makam Sultan Mahmud Badaruddin II, di Pekuburan Islam
Kampung Makassar Ternate (Foto Oleh Ilwan)



Kolano Palembang merupakan sebutan untuk Sultan Palembang, yakni Sultan Mahmud Badaruddin II.Sultan Mahmud Badaruddin II adalah pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam dalam 2 periode (1803 - 1813 dan 1818 - 1821). Nama aslinya sebelum menjadi Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.
Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada tanggal 14 Juli 1821, ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Beliau tiba di Ternate pada tahun 1822. Wafat di Ternate pada tanggal 26 November 1852, menurut wikipedia, beliau wafat pada tanggal 26 September 1852.